“Bocornya Sistem Keamanan Kawat Diplomatik Amerika Serikat”
DAFTAR
ISI
Halaman
DAFTAR
ISI ............................................................................................................ i...........
BAB
I PERMASALAHAN
1. Deskripsi
Kasus.................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN
1. Strategi
Manajemen Keamanan Infomasi....................... 4
2. Kontrol
terhadap Akses........................................................ 5
3. Manajemen
Keberlangsungan Bisnis.............................. 6
DAFTAR
PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PERMASALAHAN
DESKRIPSI KASUS
Dunia gempar ketika kawat diplomatik
Amerika Serikat dibocorkan Wikileaks. Wikileaks adalah organisasi internasional
yang dikenal sebagai pembocor dokumen-dokumen negara melalui situsnya. Sejak
November 2010, Wikileaks mulai merilis pembocoran kawat diplomatik Amerika
Serikat. Dari beberapa orang yang ikut mendirikan Wikileaks, hanya Julian
Assange yang diketahui identitasnya oleh publik.
Assange juga menjabat sebagai
direktur dan anggota dari Dewan Penasihat Wikileaks. Sebelum mendirikan
Wikileaks, Assange yang berasal dari Australia merupakan seorang penerbit
dan jurnalis. Julian Assange dipilih untuk mewakili Wikileaks di publik karena
keadaan dirinya yang tidak memiliki rumah ataupun keluarga sehingga dianggap
merupakan sosok yang tepat. Sementara itu, pendiri Wikileaks yang lainnya
memilih untuk tidak mengungkapkan identitasnya.
Julian Assange aktor penting di
balik semua ini. Reputasi Julian Assange sebagai hacker kelas wahid tak usah
diragukan lagi. Konon sistem keamanan jaringan komputer mana pun dapat ditembus
oleh Assange selama tersambung dengan internet. Wikileaks bertujuan untuk
menciptakan era transparansi dalam memerangi korupsi dan kejahatan kemanusiaan.
Namun, aksi ini membuat AS geram bukan kepalang. Julian Assange diburu
interpol. Diancam dipidanakan. Wikileaks tetap tak bergeming. Justru ribuan
kawat diplomatik siap disebar kembali.
Terlanjur
dipercaya publik, sampai saat ini bocoran dari Wikileaks selalu menjadi headline berbagai media.
Hal inilah yang sebenarnya sangat disayangkan, padahal tidak sedikit informasi
menyesatkan yang pernah dimuat Wikileaks begitu merugikan umat Islam. Dalam pernyataannya di situsnya,
Wikileaks mengaku sengaja mencicil publikasi dokumen itu, agar masing-masing
tema mendapat perhatian publik yang memadai. Bila dilepas sekaligus, rahasia
negara yang penting bisa terlewatkan dari perhatian.
WikiLeaks selalu mengundang kehebohan dengan
tindakannya mempublikasikan lebih dari 250.000 surat kawat diplomatik rahasia
Amerika Serikat. Kebocoran ini membuat Menteri Luar Negeri Hillary Clinton dan
seluruh korps diplomatik AS kebakaran jenggot. Reaksi beragam datang dari para
pemimpin dunia yang disebut-sebut dalam kawat-kawat tersebut. Tak ketinggalan,
menurut kabar, sekitar 3.000 kawat berasal dari Kedutaan AS di Jakarta dan
Konjen di Surabaya.
Selama
11 hari terakhir, WikiLeaks telah memublikasikan 1.112 dari 250.000 kawat
diplomatik AS. Artinya, situs whistle blower itu merilis 100 dokumen setiap
harinya. Jika terus konsisten, maka situs yang didirikan Julian Assange itu
membutuhkan waktu 7 tahun untuk membeberkan semua kawat rahasia AS. Aksi wikileaks yang fenomenal
mengundang decak kagum dan seribu tanya. Bagaimana bisa kawat diplomatik
berklasifikasi rahasia bisa tersebar pada publik?
Hacking. Julian Assange adalah
hacker kelas wahid. Kemampuan hacker ini ternyata ditunjang juga visi untuk
memerangi sistem korup. Klop. Teknik hacking dan visi politik. Lalu muncul
wikileaks yang mendunia ini.
Pembelot. Wikileaks tidak bekerja
sendirian. Di dalam sistem keamanan jaringan komputer US ada pembelot. Orang
ini yang memasok data vital pada wikileaks. Sehingga ratusan kawat diplomatik
ini bisa tersebar.
Konspirasi. Teori konspirasi muncul
dari tudingan Ahmadinejad. Presiden Iran ini tak percaya data yang dibocorkan
wikileaks. Konspirasi lain muncul karena sebagian orang dalam tidak puas
melihat pemerintah AS. Sehingga membocorkan untuk menimbulkan instabilitas
politik.
Berawal
dari saat Julian Assange dan kawan-kawan membuka hanya sebagian saja kawat
diplomatik langsung kepada publik.
Kawat yang dibuka pun sudah dipublikasikan sebelumnya di media yang menjadi mitra Wikileaks: The New York Times (Amerika Serikat), The Guardian (Inggris), Le Monde (Perancis), El Pais (Spanyol) dan Der Spiegel (Jerman). Untuk menjaga keamanan, dengan bantuan para jurnalis lima media di atas, nama-nama orang yang disebut di dalam kawat tersebut biasanya sudah dibersihkan terlebih dahulu sebelum dipublikasikan di situs web.
Kawat yang dibuka pun sudah dipublikasikan sebelumnya di media yang menjadi mitra Wikileaks: The New York Times (Amerika Serikat), The Guardian (Inggris), Le Monde (Perancis), El Pais (Spanyol) dan Der Spiegel (Jerman). Untuk menjaga keamanan, dengan bantuan para jurnalis lima media di atas, nama-nama orang yang disebut di dalam kawat tersebut biasanya sudah dibersihkan terlebih dahulu sebelum dipublikasikan di situs web.
Namun
bila saat ini kita melihat sendiri kawat-kawat yang disuguhkan di situs
Wikileaks.org, semua informasi di sana tampil telanjang tanpa sensor lagi.
Nama-nama orang yang menjadi sumber informasi kedutaan besar Amerika Serikat
tersebut tidak lagi disembunyikan. Keputusan Wikileaks ini mendapat kecaman
berbagai pihak, termasuk lima media yang sebelumnya menjadi mitranya.
Pada era baru ini mustahil dunia
diplomasi kembali ke sedia kala. Kini dunia harus beradaptasi dengan era baru.
Era transparansi yang memungkinkan publik dapat mengakses di mana pun dan kapa
pun. Dunia tidak harus melawan dengan frontal. Diplomasi kini harus
menyesuaikan diri dengan era baru ini. Mission impossible untuk membuat
wikileaks menghentikan aksi. Bahkan, situs sejenis justru marak bermunculan. Sistem
keamanan jaringan omputer. Dunia kini memandang urgent peran chief internet
officer (CIO). Peran CIO yang mumpuni dapat menangkal kebocoran oleh para
hacker. CIO berperan penting untuk mengatur sistem keamanan jaringan komputer.
BAB
II
PEMBAHASAN
Strategi Manajemen Keamanan
Informasi
Ketika
terjadi kasus pembocoran kawat diplomasi yang di alami oleh Deplu Amerika
Serikat, maka kebutuhan untuk menjaga keamanan sumber daya informasi menjadi
hal yang sangat penting. Perhatian khususnya difokuskan untuk melindungi
perangkat keras dan data sehingga muncul istilah keamanan sistem (systems security) agar terhindar dari
penyalahgunaan oleh pihak-pihak yang tidak berwenang dalam konteks ini adalah
Wikileaks.
Terkait
kasus bocornya informasi diplomatis ini, Chief
information officer-CIO Amerika Serikat harus merencanakan kegiatan
pengamanan sumber daya informasi diplimatis AS setelah terjadi bencana yang
disebut Manajemen Kelangsungan Bisnis. Langkah pertama yang seharusnya
dilakukan yakni menyusun strategi manajemen keamanan informasi yang meliputi:
1. Mengidentifikasi
ancaman.
Dalam hal ini pihak AS memiliki ancaman
eksternal yang berasal dari individu yakni Julian Assange yang menyebabkan
bocornya kawat diplomasi AS ke ranah publik. Namun kemungkinan ancaman juga
muncul dari pihak internal departemen yakni dari petugas Kementerian Luar
Negeri AS.
2. Mengenali
risiko.
Semua risiko mewakili aktivitas yang
tidak sah atau di luar dari yang diperbolehkan oleh lembaga informasi AS.
Aktivitas tersebut adalah pengungkapan dan pencurian informasi, penggunaan
informasi kawat diplomasi secara tidak sah.
3. Menetapkan
kebijakan informasi keamanan.
Pemerintah AS melakukan kebijakan
keamanan harus diimplementasikan untuk mengarahkan keseluruhan program. 5 fase
penerapan kebijakan keamanan meliputi inisiasi proyek, kebijakan pengembangan,
konsultasi dsan persetujuan, kewaspadaan dan pendidikan, dan penyebarluasan
kebijakan.
Kontrol
terhadap Akses
Landasan keamanan untuk
melawan ancaman yang timbul dari orang yang tidak berwenang misalnya oleh
petugas kementerian luar negeri AS sebagai mata-mata Wikileaks adalah kontrol
terhadap akses. Dasar pemikirannya cukup sederhana, yaitu jika orang tersebut
ditolak aksesnya terhadap sumber daya informasi, maka kejahatan tidak bisa
dilakukan.
Lembaga
informasi AS harus memperketat kontrol terhadap akses. Kontrol terhadap akses
dilakukan melalui tida tahap yaitu identifikasi pengguna, pengesahan pengguna
dan otorisasi pengguna.
1.
Pengenalan otomatis pengguna. Setiap pengguna
atau pegawai yang bekerja pada lembaga informasi departemen luar negeri AS
mengidentifikasi diri mereka menggunakan sesuatu yang mereka kenali sebelumnya,
misalnya password, nomor telepon atau lokasi di mana pegawai memasuki jaringan.
2.
Pembuktian otomatis pengguna. Pegawai lembaga
informasi akan memverivikasi hak mereka terhadap akses menggunakan fasilitas
yang dimilikinya, seperti kartu cerdas (smart
card) dan chip identifikasi.
3.
Pengesahan otomatis pengguna. Bila proses
identifikasi dan verifikasi stelah selesai, pegawai harus diberi otorisasi
untuk meakukan akses dengan tingkat-tingkat pengguna tertentu.
MANAJEMEN
KEBERLANGSUNGAN BISNIS (BCM)
Aktivitas yang seharusnya dilakukan
oleh lembaga informasi deplu AS setelah terjadi bocornya kawat diplomatis AS
adalah melakukan Manajemen Keberlangsungan Bisnis. Selama periode awal sistem
komputasi, aktivitas ini disebut sebagai disaster
planning atau perencanaan ketika terjadi bencana bocornya informasi
diplomasi AS ke publik. Istilah ini kemudian diperhalus dengan konotasi yang
positif yaitu contingency planning atau
perencanaan terhadap hal-hal di luar dugaan dan perkiraan. Unsure kunci dalam contingency planning adalah merinci
langkah-langkah yang akan dilakukan dan dimana langkah-langkah tersebut akan diterapkan
setelah kasus itu terjadi. Yang termasuk subrencana rencana di antaranya
rencana darurat, rencana back up, dan
rencana pencatatan kejadian-kejadian penting.
1. Perencanaan
darurat.
Lembaga informasi AS harus menetapkan
fasilitas yang harus disediakan dan peraturan yang harus dipenuhi oleh
pemerintah AS untuk menjamin keamanan para pegawainya setelah kasus bocornya
kawat diplomasi AS. Misalnya pemerintah harus melindungi pegawai dari ancaman
pembunuhan atau hal-hal yang tidak diinginkan yang kemungkinan dilakukan oleh
pihak Wikileaks.
2. Rencana
pendukung.
Lembaga informasi AS harus membuat
sistem pendukung fasilitas komputer untuk menggantikan fasilitas regular bila
fasilitas regular mengalami error akibat hacking yang dilakukang Julian
Assange. Sistem pendukung itu disebut backup
plan. Perencanaan ini dapat dicapai dengan menerapkan kombinasi dari
kelimpahan, keragaman, dan mobilitas.
3. Rencana
pencatatan.
Catatan-catatan penting pemerintah AS
berbentuk kertas-kertas dokumen, microform,
media pengyimpanan optic dan magnetic yang dibutuhkan/ rencana pencatatan
menetapkan bagaimana catatan-catatan penting pemerintah AS akan dilindungi.
Sebagai tambahan, untuk usaha perlindungan catatan dalam computer dan
salinannya sebagai cadangan harus disimpan di area yang jauh atau terpencil.
Semua jenis catatan dapat dipindahkan secara fisik ke lokasi yang rahasia yang
hanya di ketahui oleh pegawai-pegawai khusus lembaga informasi AS, tetapi
catatan dalam computer dapat dipindahkan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
http://smk-roudlatulislam.blogspot.com/2011/08/sisitem-ke-amanan-jaringan-kompuer-di.html
7.
Schell, George and Raymond McLeod, Jr.
(2011). Sistem Informasi Manajemen.
Jakarta: PT Indeks.
No comments:
Post a Comment