Orang yang berjalan cepat tidak selalu lebih baik dari orang yang berjalan lambat karena pada kenyataannya orang yang berjalan lambat lebih banyak melihat dan memahami setiap langkah yang dilaluinya dibandingkan dengan orang yang berjalan cepat yang hanya mementingkan apa yang ingin dicapai tanpa memahami prosesnya

3.24.2012

CONTOH ANALISIS KEPEMIMPINAN


KATA PENGANTAR

            Pertama-tama kami ingin mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberkahi kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini dan berbagai sumber yang telah kami gunakan sebagai data dan fakta pada makalah ini.
            Makalah ini memuat tentang “Analisa Kepemimpinan Thomas Jefferson” dan sengaja dipilih karena menarik untuk dicermati. Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan makalah ini yang telah kami selesaikan. Tidak semua hal dapat kami analisa dengan sempurna dalam karya tulis ini. Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki. Di mana kami juga memiliki keterbatasan kemampuan.
            Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan kita dan memperkaya materi di  mata kuliah Kepemimpinan di semester ini. Terima kasih.

Jakarta, 1 Januari 2011









BAB I
PENDAHULUAN
  • Latar Belakang
            Sekarang ini bangsa Indonesia termasuk dalam kategori Negara Berkembang, namun pada kenyataannya bangsa Indonesia berada dalam situasi yang rumit karena  bangsa Indonesia tengah mengalami krisis kepemimpinan yang belakangan ini  tak kunjung menemui titik terang. Padahal seorang figure pemimpin yang baik merupakan factor terpenting untuk menciptakan Negara Berkembang bahkan Negara Maju
Berdasarkan situasi bangsa Indonesia di atas, kami menyusun makalah ini yang berisi tentang biografi presiden ke-3 Amerika Serikat Thomas Jefferson. Sosok Thomas Jefferson sangat menarik untuk dianalisa khususnya tentang bagaimana ia memimpin negara Adi Kuasa pada jamannya.
            Makalah ini berisi tentang analisa-analisa kami tentang tipe dan gaya kepemimpinan seorang Thomas Jefferson. Makalah ini juga menerangkan tentang bagaimana sepak terjang politik dan berbagai kebijakan yang Jefferson lakukan pada saat menjadi orang nomor 1 di Amerika Serikat.
            Kami berusaha merangkum sedemikian rupa dan mencoba menganalisa bagaimana cara kepemimpinan Thomas Jefferson agar dapat menjadi tolak ukur bagi kita rakyat Indonesia yang tengah mengalami krisis kepemimpinan.








BAB II

PERMASALAHAN

 

Biografi Thomas Jefferson

            Thomas Jefferson lahir di Shadwell, Gloochland (sekarang Albemarle), Virginia, AS pada 13 April 1743. Anak dari Peter dan Jane Randoph Jefferson, pasangan keluarga berada. Ayahnya, Peter, meninggal pada saat ia berumur 14 tahun dan mewarisinya tanah seluas 2,750 acre dan sejumlah budak belian. Jefferson belajar di perguruan tinggi William dan Mary selama dua tahun, tetapi entah mengapa keluar begitu saja sebelum dapat gelar apa pun. Sesudah itu dia pelajari ilmu hukum selama beberapa tahun dan tahun 1767 dia ditempatkan di badan pengadilan Virginia.
            Tujuh tahun lamanya Jefferson mempraktekkan kebiasaan hukumnya seraya bergelimang di bidang pertanian. Bersamaan dengan itu dia juga jadi anggota "Burges", dewan perwakilan Virginia.
Esai penting pertama Jefferson A Summary View of Rights of British America, tentang pandangan selintas kilas ihwal hak-hak Amerikanya Inggris. Esai itu ditulisnya tahun 1774. Tahun berikutnya dia dipilih jadi anggota delegasi Virginia untuk hadiri Kongres Kontinental kedua, dan tahun 1776 mulailah ia membuat corat-coret rancangan Deklarasi
Kemerdekaan. Di penghujung tahun itu pula dia kembali ke dewan perwakilan Virginia dan main perananlah dia di situ dalam hal pelbagai keputusan penting yang menyangkut perobahan-perobahan masalah besar. Dua dari usul-usulnya adalah Statute of Virginia for Religion Freedom dan Bill for More General Diffusion of Knowledge. Yang pertama menyangkut perundangan perihal kebebasan beragama di Virginia dan yang kedua menyangkut perundangan tentang penyebaran ilmu pengetahuan secara umum. Yang kedua ini jelas berkaitan dengan keperluan pendidikan masyarakat.


            Usul-usul Jefferson perihal pendidikan antara lain: pemberian pendidikan dasar kepada semua orang; pendirian sebuah universitas pemerintah buat mereka yang berbakat layak mendapat pendidikan tinggi; adanya sistem beasiswa. Rencana pendidikan Jefferson ini tidak diterima oleh negara bagian Virginia saat itu, kendati rencana serupa belakangan dilaksanakan oleh lain-lain negara tanpa kecuali.
            Perundang-undangan menyangkut kemerdekaan beragama sungguh mengesankan bahkan mengagumkan karena didalamnya terkandung toleransi agama dan sekaligus ketegasan adanya pemisahan antara agama dan negara. (Sebelumnya, Gereja Anglikan merupakan agama resmi di Virginia). Memang ada penentangan terhadap usul Jefferson ini tetapi ujung-ujungnya disetujui juga oleh dewan perwakilan Virginia (1786). Gagasan serupa juga segera disetujui dalam UU tentang hak-hak asasi oleh lain-lain negara bagian, dan akhirnya disetujui pula dalam UUD Amerika Serikat sendiri.
Jefferson jadi Gubernur Virginia dari tahun 1779 sampai 1781. Lantas dia "pensiun" dari kehidupan politik. Selama masa ngaso ini dia menulis satu-satunya bukunya Notes on the State of Virginia, ihwal negara bagian Virginia. Buku ini antara lain memuat sikap Jefferson yang tegas dan erang-benderang tentang anti perbudakannya. Tahun 1782 isteri Jefferson tutup usia sesudah kawin sepuluh tahun dan beranak enam. Walaupun si duda Jefferson masih cukup muda, tetapi dia tidak kawin lagi sesudah itu.
Kemudian dia lekas-lekas berhenti dari ngasonya dan menceburkan diri dalam Kongres. Di situ usulnya tentang hal-ihwal pembagian mata uang dari sudut berat maupun ukurannya (ini terjadi sebelum adanya rencana sistem ukuran metrik, yaitu panjang dinilai dengan meter, berat dinilai dengan gram, isi dinilai dengan liter dan sebagainya) ditolak. Dia juga mengajukan usul pelarangan perbudakan di seluruh negara bagian, tetapi usul ini tertolak hanya karena selisih satu suara!
            Tahun 1784 Jefferson mengunjungi Perancis dalam sebuah misi diplomatik. Begitu sampai di sana begitu dia gantikan Benjamin Franklin jadi Duta Besar Amerika untuk Perancis. Lima tahun lamanya dia menetap di Perancis, karuan saja dia absen dari kegiatan politik dalam negeri Amerika Serikat termasuk tatkala konstitusi disusun dan disahkan. Jefferson menyambut baik pengesahan konstitusi itu, dan seperti para pemuka lainnya, dia yakin seyakin-yakinnya undang-undang yang menjamin hak asasi harus dicantumkan didalam konstitusi.
Jefferson kembali ke negerinya di penghujung tahun 1789 dan segera ditunjuk menduduki korsi Menteri Luar Negeri. Di forum kabinet berkembang perbedaan sengit antara Jefferson dengan Menteri Keuangan Alexander Hamilton. Mereka berbeda faham tentang pandangan politik. Dalam skala nasional pendukung politik Hamilton bergabung membentuk Partai Federal, sedangkan pendukung politik Jefferson bergabung membentuk Partai Republik-Demokratis yang kemudian berkembang menjadi Partai Demokrat yang kita kenal sekarang.    Tahun 1796 Jefferson jadi calon Presiden tetapi orang kedua sesudah John Adams. Di bawah ketentuan-ketentuan konstitusi yang berlaku saat itu, dengan sendirinya dia hanya menduduki Wakil Presiden. Baru pada tahun 1800 dia maju lagi dan menanglah dia jadi Presiden mengalahkan John Adams. Selaku Presiden, Jefferson moderat berbuat baik-baik saja terhadap bekas lawan-lawan politiknya, dan dengan demikian menanamkan tradisi politik yang membudaya buat Amerika Serikat di masa-masa berikutnya. Puncak dari puncak peninggalan abadi yang diberikannya selama dalam masa jabatan presiden adalah langkah pembelian Louisiana, yang berakibat membuat wilayah Amerika Serikat hampir dobel luasnya. Pembelian Louisiana mungkin merupakan perpindahan pemilikan daerah terbesar secara damai sepanjang sejarah. Ini pada gilirannya membuat Amerika Serikat sebuah negara besar dan kuat di dunia, walhasil punya arti penting berjangka jauh. Andaikata Jefferson seorang yang bertanggung jawab atas ihwal pembelian Louisiana itu, bisa jadi saya tempatkan dia lebih atas dalam urutan daftar sekarang. Tetapi, saya percaya, pemimpin Perancis Napoleon Banaparte, dalam pengambilan langkah dan keputusan yang ruwet menjual daerah kepada Amerika Serikat adalah orang yang paling pegang peranan. Bukannya Jefferson. Kalau toh ada orang Amerika yang punya peranan besar dalam transaksi penjualan ini, itu pun bukannya Jefferson, karena Jefferson tidak pernah punya angan-angan melakukan pembelian tanah begitu luas. Yang-paling mendekati adalah perutusan Amerika Serikat di Paris, Robert Livingstone dan James Monroe yang begitu mencium kesempatan bagus dan menguntungkan untuk melakukan perundingan jual-beli, dia melesat melewati instruksi-instruksi diplomatik yang ada padanya dan terjun dalam persetujuan jual-beli. (Adalah menarik bahwa pada catatan yang dipasang pada batu nisan, Jefferson tidak memasukkan pembelian Louisiana sebagai salah satu dari hasil prestasinya, padahal catatan itu dia sendiri yang tulis).
            Jefferson terpilih lagi jadi Presiden tahun 1804 tetapi tahun 1808 dia berkeputusan tidak mau jadi Presiden untuk ketiga kalinya. Berarti dia memperkokoh langkah yang pernah diambil oleh George Washington. Jefferson pensiun pada tahun 1809 dan satu-satunya langkah berikutnya yang bersifat kegiatan pemerintahan adalah mendirikan Universitas Virginia (diresmikan tahun 1819). Dengan begitu dia bisa saksikan sebagian dari rencana yang pernah diusulkannya didalam dewan perwakilan Virginia walaupun baru terealisir empat puluh tiga tahun kemudian. Jefferson wafat tanggal 4 Juli 1826, pada hari ulang tahun kelima Deklarasi Kemerdekaan, sesudah perjalanan hidup yang penuh dengan pergulatan --dan juga kebahagiaan-- selama lebih dari delapan puluh tiga tahun.
Bakatnya banyak sekali disamping bakat politik. Dia kuasai lima atau enam bahasa asing, dia peminat serius pengetahuan alam dan matematik, dia petani yang berhasil yang bergelimang dengan cara pertanian ilmiah. Dan juga dia produser barang-barang, seorang penemu walau dalam ukuran kecil dan juga seorang arsitek yang pandai.
Berhubung bakat dan kualitas pribadinya yang begitu menonjol, sering orang berlebih-lebihan menilainya, melampaui pengaruh yang sesungguhnya yang dia punyai dalam sejarah. Jika kita mau secara cermat menilai arti pentingnya, mungkin kita mesti berangkat dari ihwal Deklarasi Kemerdekaan, karena pada tingkat perencana dianggap itu sebuah hasil kerja Jefferson yang besar. Pertama yang perlu dicatat Deklarasi Kemerdekaan itu bukanlah bagian dari hukum pemerintahan Amerika Serikat karena arti pentingnya terletak pada kenyataan bahwa deklarasi itu merupakan cetusan dari cita-cita Amerika. Lebih dari itu, cita-cita yang terkandung didalamnya tidaklah asli buah pikiran Jefferson melainkan sebagian terbesar berasal dari tulisan-tulisan John Locke. Deklarasi Kemerdekaan bukanlah sebuah falsafah yang tulen asli, dan juga memang tidak dimaksud begitu melainkan sebuah pernyataan ringkas tentang keyakinan yang sudah jadi anutan banyak orang Amerika.
Juga bukanlah karena kehebatan Jefferson dalam penyusunan kalimat-kalimat deklarasi yang mendorong bangsa Amerika
memproklamirkan kemerdekaannya. Perang Revolusioner pada hakikatnya pecah bulan April 1775 (lebih dari setahun sebelum Deklarasi Kemerdekaan) yang bermula dari pertempuran Lexington dan Concord. Di bulan-bulan sesudah pertempuran itu, daerah jajahan Amerika menghadapi keputusan kritis: haruskah mereka sebaiknya menuntut langsung kemerdekaan ataukah harus berkompromi dengan pemerintah Inggris? Pada musim semi tahun 1776, gairah memilih las anve pertama tumbuh makin kuat di Kongres Kontinental. Dan bukan pula Jefferson melainkan Richard Henry Lee dari Virginia yang pada tanggal 7 Juni secara resmi mengusulkan agar Amerika yang dijajah menyatakan dirinya merdeka dari Inggris. Kongres mengambil keputusan menunda pemungutan suara atas usul resolusi Lee beberapa minggu dan membentuk sebuah panitia dibawah pimpinan Jefferson untuk menyusun sebuah pernyataan kepada umum las an-alasan menyatakan kemerdekaan. (Anggota-anggota panitia lainnya dengan bijak mempersilahkan Jefferson menyusun rancangan deklarasi sendirian). Kongres menyidangkan lagi acara resolusi Lee tanggal 1 Juli dan di hari berikutnya ketika pemungutan suara usul itu diterima bulat. Pada pemungutan suara tanggal 2 Juli itulah keputusan kritis menyangkut pernyataan kemerdekaan dipecahkan. Baru sesudah resolusi itu diterimalah rancangan susunan Jefferson untuk diperdebatkan. Resolusi itu diterima Kongres (dengan beberapa perubahan) dua hari kemudian tanggal 4 Juli 1776.
Apabila Deklarasi Kemerdekaan dianggap tidak begitu penting seperti umumnya dikira orang, apakah ada karya-karya lain yang las menempatkannya dalam kedudukan tinggi dalam daftar urutan buku ini? Dalam catatan di batu nisannya, Jefferson menyebut dua hasil karya yang dia harap las dikenang orang. Pertama, peranannya dalam kaitan pendirian Universitas Virginia meski sebetulnya tidaklah begitu menentukan, las an belum memadai syarat pencantumannya dalam daftar urutan ini. Kedua, karyanya selaku penulis Statute of Virginia for Religions Freedom yang mampu cukup berbobot dan punya makna. Tentu saja, gagasan umum mengenai kebebasan beragama telah pernah dicetuskan oleh pelbagai filosof kenamaan sebelum Jefferson, termasuk John Locke dan Voltaire. Tetapi perundang-undangan lebih maju dari gagasan yang dianjurkan Locke. Lebih jauh dari itu, Jefferson seorang politikus yang aktif yang berhasil merealisir pikirannya ke dalam bentuk undang-undang, dan usul Jefferson mempengaruhi las a-negara bagian lain tatkala mereka membuat perundang-undangan mengenai hak-hak asasi.
            Hal itu menggoda pertanyaan lebih lanjut: sampai sejauh mana saham yang disumbangkan Jefferson dalam hal pengesahan undang-undang tentang hak asasi federal? Jefferson memang wakil dari mereka yang menggandrungi jaminan hak-hak asasi dan memang dia salah seorang dari pemuka intelektual dari kelompok itu. Tetapi, Jefferson tidak berada di dalam las a antara tahun 1784 hingga akhir 1789, sehingga tentu saja tidak terlibat tatkala perdebatan pembicaraan hak-hak asasi di masa sulit-sulitnya menjelang konvensi konstritusi. James Madison-lah yang pegang peranan kunci dan berhasil melakukan amandemen lewat Kongres. (Kongres mengesahkan amandemen itu tanggal 25 September 1789, sebelum Jefferson kembali ke Amerika Serikat).
            Dapatlah dikatakan, bukanlah langkah tindakan resini Jefferson, melainkan sikap-sikapnya yang paling dalam mempengaruhi Amerika Serikat. Tetapi, masih las diragukan sejauh mana gagasan-gagasan Jefferson diterima oleh rakyat Amerika. Orang banyak yang menyanjung nama Thomas Jefferson, mendukung kebijaksanaan politik, yang justru bertentangan dengan pendapat Jefferson sendiri. Misalnya, Jefferson yakin betul dengan apa yang sekarang kita sebut “pemerintahan kecil.” Suatu ungkapan karakteristik (berasal dari pidato pelantikannya): “… yaitu sebuah pemerintahan yang bijak dan ekonomis yang akan mencegah orang menyakiti lainnya, yang akan memberikan keleluasaan bebas mengatur hasrat industri dan perbaikan hidup …” Mungkin titik tolak Jefferson benar, tetapi pemilihan umum dalam masa empat puluh tahun terakhir menunjukkan bahwa kata-katanya tidak meyakinkan mayoritas rakyat Amerika. Misal kedua. Jefferson menentang mati-matian pandangan bahwa kekuasaan terakhir menafsirkan konstitusi terletak pada tangan Mahkamah Agung, yang las pula dengan demikian mengeluarkan las  yang tidak konstitusional kendati sudah disepakati Kongres. Pendapat macam ini, dia las , bertentangan dengan prinsip pemeritahan demokratis. Kalimat-kalimat sebelumnya mungkin lebih memperjelas bahwa Jefferson sesungguhnya pengaruhnya kecil dan tak layak punya tempat di buku ini.
            Tetapi jika orang terlampau terpukau oleh pohon-pohon, dia akan kehilangan gambaran tentang hutan secara keseluruhan. Kalau orang mau mundur agak selangkah dan mencoba menilai karier Jefferson dalam skala yang lebih besar, orang akan segera dapat melihat mengapa Jefferson dilukiskan sebagai “juru bicara kebebasan manusia yang menonjol.”
Mestikah Thomas Jefferson ditempatkan lebih tinggi atau lebih rendah ketimbang George Washington? Kemerdekaan Amerika dan lembaga-lembaga demokratisnya didirikan oleh usaha bersama orang-orang yang penuh ide dan orang-orang yang kerja keras. Jika keduanya sama pentingnya, saya percaya secara umum ide merupakan las a sumbangan yang lebih penting. Di segi eksekutif, George Washington nyata-nyata memainkan peranan las an. Penghargaan kepada mereka yang mencetuskan ide harus —mau tidak mau—dibagi diantara sejunilah besar orang, termasuk orang-orang Amerika seperti Jefferson dan James Madison dan orang-orang Eropa seperti John Locke, Voltaire dan banyak lagi lainnya. Atas dasar las an itu, Thomas Jefferson di samping bakatnya yang besar dan bobotnya, ditempatkan dalam urutan di bawah George Washington di buku ini.


BAB III
PEMBAHASAN

A.            Landasan Teoritis
·                     Analisis kepemimpinan berdasarkan multi indikator.
Tipe kepemimpinan seseorang dapat ditentukan berdasarkan indikator sebagai berikut:
  1. Persepsi seorang pemimpin mengenai peranannya sebagai pemimpin.
Persepsi adalah pandangan seseorang tentang sesuatu objek yang didapatnya dari lingkungan dia berada. Cara pandang ini akan mewarnai cara seseorang melihat kperanannya sebagai pemimpin, baik yang berkaitan dengan hubungan dengan bawahannya, bagaimana proses pengambilan kepurusan yang dilakukannya, sejauhmana keterlibatan bawahan dalam pengambilan keputusan.
  1. Nilai-nilai yang dianut.
Nilai-nilai adalah suatu keyakinan yang dijunjung tinggi dalam berprilaku. Nilai-nilai berhubungan dengan lpandangan seseorang tentang baik dan buruk, benar dan salah. Nilai-nilai akan terus melekat pada orang tersebut.
  1. Sikap
Sikap adalh kecenderungan seseorang untuk berbuat. Sikap ini ada yang bersifat positif tetapi ada yang bersifat negatif.
  1. Perilaku
Perilaku adalah suatu tindakan seseorang ditampilkan seseorang sebagai respons terhadap stimulus yang diterimanya. Dalam hal ini bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang lain dalam kehidupan organisasional. Hal ini sebagai dasar untuk dapat memahami karekteristik yang dimiliki oleh seorang sebgai wahan untuk menjalankan kepemimpinannya.

  1. Gaya kepemimpinan
Adalah lperilaku yang sering ditampilkan oleh seorang kpemimpin. Jadi dalam hal ini adalah mendalami cara-cara yang disenangi dan digunakan koleh seorang sebagai wahana untuk menjalankan kepemimpinannya.

Analisis kepemimpinan berdasarkan ciri-ciri
Pakar kepemimpinan yang mendalami berbagai aspek, masalah dan pendekatan tenatang kepemimpinan yang efektif sepakat bahwa salah saru pendekatan yang dapat digunakan adalah dengan menganalisis kepemimpinan berdasarkan sifat yang menjadi idaman setiap orang yang meduduki jabatan pimpinan. Adapun sifat-sifat ideal tersebut antara lain dapat dilihat sebagai berikut:
  1. Pengetahuan umum yang luas,
  2. Kemampuan bertumbuh kembang,
  3. Sifat yang inkusitif,
  4. Kemampuan analitik,
  5. Daya ingat yang kuat,
  6. Kapasitaf integratif,
  7. Keterampilan berkomunikasi secara efektif,
  8. Keterampilan mendidik,
  9. Rasionalitas,
  10. Pragmatisme,
  11. Kemampuan menentukan peringkat prioritas,
  12. Kemampuan membedakan yang urgen dan yang penting,
  13. Naluri tepat waktu,
  14. Rasa kohesi yang tinggi,
  15. Rasa relevasi yang tinggi,
  16. Menjadi pendengan yang baik,
  17. Fleksibilitas,
  18. Ketegasan,
  19. Keberanian,
  20. Orientasi masa depan,
  21. Sikap yang antisipatif dan proaktif.

Analisis Kepemimpinan Perilaku
Kalau pada awalnya analisis kepemimpinan sifat, studi selanjutnya para ahli mulai bergeser kepada pendekatan perilaku. Hal ini dapat disangkal karena pendekatan ini adalah Fleishmen, Holpin dan Qiner, Hemphill dan Coons. Ada dua macam dimensi utama perilaku yang dikenal yaitu:
  1. Dimensi Konsidersi (K)
·                     Ramah tamah,
·                     Mendukung dan membela bawahan,
·                     Mau berkonsultasi,
·                     Mau mendengarkan bawahan,
·                     Mau menerima usul bawahan,
·                     Memikirkan kesejahteraan bawahan,
·                     Memperlakukan bawahan setingkat dirinya.
  1. Dimensi Inisiasi (S)
·                      Memberikan kritik pelaksanaan pekerjaan yang jelek,
·                      Selalu memberi tahu apa-apa yang dikerjakan bawahan,
·                      Memberi standar tertentu atas pekerjaan,
·                     Selalu mengawasi apakah bawahan bekerja sepenuh kemampuan.

Analisis kepemimpinan kontingensi
Pada Kepemimpinan Kontingensi ada empat macam model kepemimpinan yaitu: Model Fiedler (1974), Model House’s Path Goal (1974), Model Vroom Yetton (1973), dan Model Situasi (1977).
Ada dua hel yang diperhatikan koleh teori Kontingensi yaitu:

1.    Sistem motivasi
a.    Perilaku pemimpin yang task motivated dan
b.    Pemimpin yang relationship motivated.
2.    Variabel-Variabel Situasional
·                   Model Fiedler
Ada tiga macam elemen penting yang akan menentukan gaya / perilaku kepemipinan efektif
o    Hubungan antara pemimpin dengan bawahan
o    Struktur tugas
o   Kewibawaan kedudukan pemimpin
·                     Model House’s Path-Goal
o   Variabel Karakteristik anak buah
o   Variabel Struktur tugas
·                     Model Vroom Yetton
            Pada model ini menyoroti lima perilaku kepemimpinan mulai dari tingkat otokrasi yang tinggi sampai dengan tingkat kpartisipatif yang tinggi.
·                     Model Kepemimpinan Situasi
            Pendekatan kepemimpinan berdasarkan situasi lahir, karena teori sifat tidak bisa memberikan banyak jawaban dalam kepemimpinan sehingga korang beralih pada penelaah situasi, sebab mereka percaya bahwa pemimpin merupakan produk situasi. Dari hasil berbagai penelaahan timbul suatu pemikiran,  yang mendasar bahwa kepemimpinan dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional, dimana pemimpin itu melaksanakan tugasnya. Faktor-faktor situasional tersebut, misalnya: jenis pekerjaan, lingkungan organisasi, karakteristik individu yang terlihat dalam organisasi tersebut. Pendekatan ini memberikan arti yang cukup banyak bagi para manajer dalam praktek yaitu dengan memasukkan pertimbangan situasi secara keseluruhan dalam rancangan kegiatan.
           

B. Analisis Kasus
Analisis Kepemimpinan Thomas Jefferson berdasarkan multi indicator. Berbicara tipe kepemimpinan seseorang sebenarnya pada setiap orang terdapat tipe yang paling mendasar yang merupakan warna dasar dari kepribadian seseorang. Artinya banhwa pada setiap orang terdapat tipe yang paling dkominan, tetapi dalam kenyataan bagi seorang pemimpin yang mampu membaca situasi yang dihadapinya maka tipe yang mendasar tidak akan ditonjolkan, dia akan menyesuaikan tipe kepemimpinannya sesuai dengan situasi yang dihadapi.
Berdasarkan teori tersebut analisa kami terhadap kepemimpinan Thomas Jefferson berdasarkan multi indikator adalah sebagai berikut,

1.        Analisis Kepemimpinan Thomas Jefferson berdasarkan multi indikator
Berbicara tipe kepemimpinan seseorang sebenarnya pada setiap orang terdapat tipe yang paling mendasar yang merupakan warna dasar dari kepribadian seseorang. Artinya banhwa pada setiap orang terdapat tipe yang paling dkominan, tetapi dalam kenyataan bagi seorang pemimpin yang mampu membaca situasi yang dihadapinya maka tipe yang mendasar tidak akan ditonjolkan, dia akan menyesuaikan tipe kepemimpinannya sesuai dengan situasi yang dihadapi.

Berdasarkan teori tersebut analisa kami terhadap kepemimpinan Thomas Jefferson berdasarkan multi indikator adalah sebagai berikut,
Tipe dan Gaya kepemimpinan Thomas Jefferson
A.   Tipe Laissez Fire
Dilihat dari kepemimpinan Thomas Jefferson bisa disimpulkan bahwa ia termasuk pemimpin dengan tipe Laissez Faire. Berikut analisanya,
1.    Gaya
o   Pengambilan keputusan diserahkan ke pimpinan lebih rendah bahkan kepada petugas operasional.
Analisa ini didasarkan pada fakta bahwaThomas Jefferson merupakan  satu-satunya presiden Amerika 2 periode jabatan yang tidak pernah melarang (veto) RUU.
Walaupun pendahulunya John Adams adalah yang pertama yang tidak pernah melaksanakan hak veto, namun Jefferson adalah presiden pertama dalam 2 masa jabatan yang tidak pernah menggunakan hak veto ini. Hal ini diterima kalau ia tidak pernah memveto sebuah RUU karena Jefferson percaya bahwa kepala eksekutif harus memainkan peran yang terbatas, hanya sebatas peran sebagai perawat/pengurus di dalam pemerintahan. 

o   Interfensi pimpinan sangat minim.
Analisa ini didasarkan pada fakta yang menyatakan bahwa Thomas Jefferson adalah seorang  pembicara yang kurang baik.
Walaupun dia memiliki bakat dalam menulis dan berbicara, Jefferson tidak pernah pandai dalam menjadi pembicara di depan umum. Ketika dia harus berbicara di depan umum, dia sering berguman dan berbicara dengan suara yang sulit didengar yang membuat orang-orang sulit untuk mendengar apa yang dia bicarakan. Itu tidak berarti bahwa pidaronya tidak ditulis dengan baik atau tidak ada artinya. Dia hanya tidak bisa membawakannya di depan keramaian.  Ketakutannya dalam berbicara di depan umum membuatnya menjadi seorang presiden yang menghindari sorotan publik. Untuk alasan ini, dia memulai tradisi mengirimkan pesan negara kepada Kongres dalam bentuk tulisan, sehingga dia tidak perlu menghadiri kongres tersebut. Hal ini membuktikan bahwa Thomas Jefferson memiliki interfensi yang sangat minim terhadap kepemimpinannya di Amerika dan tidak pernah menghadiri setiap kongres di Amerika.


B.    Tipe Demokratik
1.    Persepsi
o   Thomas Jefferson sangat menghargai rakyatnya mengenai
kebebasan beragama.
Analisa ini di dasarkan berdasarkan salah satu usulan Jefferson yakni Statute of Virginia for Religion Freedom. Seorang Thomas Jefferson, meskipun dia adalah orang yang sangat relijius, dia percaya bahwa kepercayaan adalah masalah pribadi setiap manusia. Dia percaya bahwa pemerintah tidak mempunyai wewenang untuk mencampuri urusan agama seseorang. Dia memainkan peran utama dalam penyusunan Undang-Undang Virginia dalam kebebasan beragama pada tahun 1786. Perundang-undangan itu menyangkut kemerdekaan agama sungguh mengesankan bahkan mengagumkan karena di dalamnya terkandung toleransi agama dan sekaligus ketegasan adanya pemisahan antara agama dan negara (Sebelumnya gereja anglikan merupakan agama resmi di Virginia).
            Percaya dengan Anda agama itu adalah masalah yang terletak hanya antara manusia dan Tuhannya, bahwa Dia memiliki hutang tidak pada pertanggungjawaban kepada iman atau ibadah kepada-Nya, dan bahwa kekuasaan sah pemerintah hanya pada tindakan saja, bukan pendapat, Jefferson merenungkan ini dengan daulat dan hormat kepada seluruh rakyat Amerika yang mendeklarasikan bahwa badan legislatifnya tidak harus membuat hukum tentang penetapan agama, atau pelarangan praktek bebas dari agama tersebut.

o      Thomas Jefferson memiliki pemikiran bahwa organisasi sebagai totalitas. Analisa ini didasarkan dari salah satu usulan Jefferson yang tertera pada Perundang-Undangan Virginia yang menegaskan adanya pemisahan antara agama dan pemerintahan. Jefferson berfikir bahwa pemerintahan merupakan suatu organisasi yang mutlak dimiliki oleh setiap  negara, sedangkan agama merupakan suatu keyakinan dan kepercayaan setiap manusia sebagai makhluk Tuhan dan bebas untuk memeluk agama dan kepercayaan yang diyakininya.

2.    Gaya
o   Thomas Jefferson memiliki kesungguhan dalam memperlakukan bawahan sebagai manusia.
            Analisa ini berdasarkan fakta bahwa secara terang-terangan menentang perbudakan. Meskipun fakta menyebutkan bahwa Jefferson memiliki budak selama hidupnya, namun dia menentang perbudakan. Ketika dia mewakili Virginia dalam Continental Congres pada tahun 1783, dia mengusulkan sebuah rancangan undang-undang yang akan melarang segala bentuk perbudakan pada semua wilayah baru diakuisis pemerintah federal. Jefferson sangat maju dalam hal pemikiran social. Pada masanya sampai-sampai banyak gagasan yang kini diterima disemua tempat di Amerika Serikat yang terlalu ekstrim untuk diterapkan pada masanya. Misalnya, Jefferson tetap memperjuangkan kebebasan budak seabad sebelum Abraham Lincoln dan perang saudara (Civil War) menuntaskannya.

3.    Nilai
·         Jefferson memiliki political value yang manusiawi.
Jefferson memulai karier politiknya sebagai anggota
Virginia House of Burgesses (Dewan Legislatif Virginia) pada 1769. Disanalah ia dikenal sebagai seorang liberalis yang kuat dengan ide-ide demokratis. Jefferson percaya bahwa kekuatan politik harus ada di tangan rakyat, dan ia mendukung kebebasan beragama dan media. Salah satu undang-undang yang ia perkenalkan adalah Statute of Virginia for Religious Freedom.  Jefferson dan teman-temannya melalui perjuangan panjang dan pahit untuk meloloskan undang-undangnya tersebut. Akhirnya pada 16 Januari 1786, setelah Jefferson meninggalkan House of Burgesser, piagam pertama untuk undang-undang kebebasan beragama disetujui. Piagam itu kemudian menjadi teladan saat Bill of Rights ditambahkan dalam Undang-Undang. Hal ini membuktikan bahwa Thomas Jefferson menjunjung tinggi kemanusiaan dalam hal kebebasan beragama.
Selain itu ia juga menulis deklarasi dengan kata-kata, “Saat hidup bermasyrakat, adalah penting untuk suatu masyarakat melarutkan ikatan politik yang telah mengikat mereka saru sama lain ….”  Dan melanjutkannya dengan pernyataan yang menggeparkan:  Kami memegang kebenaran itu sebagai suatu kenyataan, bahwa semua manusia diciptakan sama, dibekali oleh Pencipta dengan hak-hak yang melekat padanya dan tak dapat diambil, diantaranya adalah kehidupan, kebebasan, dan kesejahteraan, sehingga untuk melindungi hak-hak itu, pemerintah ada untuk mausia, memperoleh kekuasaan yang adil atas izin rakyat..  Kongres kemudian mengganti kata “melekat” dengan kata “tertentu”.

4.    Sikap
o   Thomas Jefferson selalu melakukan pendekatan yang bersifat
      edukatif.
Analisa ini berdasarkan salah satu usulan Jefferson yakni Bill for More General Diffusion of Knowledge. Usulan Jefferson perihal pendidikan antara lain :
a.    pemberian pendidikan dasar kepada semua orang,
b.    pendirian sebuah universitas pemerintah buat mereka yang berbakat, layak mendapat pendidikan tinggi,
c.    adanya system beasiswa.

Analisa ini juga didasarkan pada pemikiran Jefferson yaitu,
“Tidak ada tempat penyimpanan yang aman bagi kekuatan pokok masyarakat, selain dalam tubuh masyarakat itu sendiri, dan jika kita pikir mereka tidak cukup bijaksana untuk melatih kekuatan mereka dengan hikamat yang berfaedan, maka jalan keluarnya bukanlah mengambil kekuatan itu dari mereka, namun dengan menginformasikan hikmat mereka melalui pendidikan”
Jefferson melakukan rencana yang ekstrim yakni  pendidikan gratis. Program itu adalah dasar dari sistem sekolah negeri yang kini ada di Amerika Serikat.

o   Thomas Jefferson memiliki pemikiran bahwa organisasi sebagai totalitas.
Analisa ini didasarkan dari salah satu usulan Jefferson yang tertera pada Perundang-Undangan Virginia yang menegaskan adanya pemisahan antara agama dan pemerintahan. Jefferson berfikir bahwa pemerintahan merupakan suatu organisasi yang mutlak dimiliki oleh setiap  negara, sedangkan agama merupakan suatu keyakinan dan kepercayaan setiap manusia sebagai makhluk Tuhan dan bebas untuk memeluk agama dan kepercayaan yang diyakininya.

5.   Gaya
o   Thomas Jefferson memiliki kesungguhan dalam memperlakukan
bawahan sebagai manusia.
Analisa ini berdasarkan fakta bahwa secara terang-terangan menentang perbudakan. Meskipun fakta menyebutkan bahwa Jefferson memiliki budak selama hidupnya, namun dia menentang perbudakan. Ketika dia mewakili Virginia dalam Continental Congres pada tahun 1783, dia mengusulkan sebuah rancangan undang-undang yang akan melarang segala bentuk perbudakan pada semua wilayah baru diakuisis pemerintah federal.
Jefferson sangat maju dalam hal pemikiran social. Pada masanya sampai-sampai banyak gagasan yang kini diterima disemua tempat di Amerika Serikat yang terlalu ekstrim untuk diterapkan pada masanya. Misalnya, Jefferson tetap memperjuangkan kebebasan budak seabad sebelum Abraham Lincoln dan perang saudara (Civil War) menuntaskannya.

6.   Nilai
o   Jefferson memiliki political value yang manusiawi.
Jefferson memulai karier politiknya sebagai anggota
Virginia House of Burgesses (Dewan Legislatif Virginia) pada 1769. Disanalah ia dikenal sebagai seorang liberalis yang kuat dengan ide-ide demokratis. Jefferson percaya bahwa kekuatan politik harus ada di tangan rakyat, dan ia mendukung kebebasan beragama dan media. Salah satu undang-undang yang ia perkenalkan adalah Statute of Virginia for Religious Freedom.  Jefferson dan teman-temannya melalui perjuangan panjang dan pahit untuk meloloskan undang-undangnya tersebut. Akhirnya pada 16 Januari 1786, setelah Jefferson meninggalkan House of Burgesser, piagam pertama untuk undang-undang kebebasan beragama disetujui. Piagam itu kemudian menjadi teladan saat Bill of Rights ditambahkan dalam Undang-Undang. Hal ini membuktikan bahwa
o   Thomas Jefferson menjunjung tinggi kemanusiaan dalam hal kebebasan beragama.
Selain itu ia juga menulis deklarasi dengan kata-kata, “Saat hidup bermasyrakat, adalah penting untuk suatu masyarakat melarutkan ikatan politik yang telah mengikat mereka saru sama lain ….”  Dan melanjutkannya dengan pernyataan yang menggeparkan:  Kami memegang kebenaran itu sebagai suatu kenyataan, bahwa semua manusia diciptakan sama, dibekali oleh Pencipta dengan hak-hak yang melekat padanya dan tak dapat diambil, diantaranya adalah kehidupan, kebebasan, dan kesejahteraan, sehingga untuk melindungi hak-hak itu, pemerintah ada untuk mausia, memperoleh kekuasaan yang adil atas izin rakyat..  Kongres kemudian mengganti kata “melekat” dengan kata “tertentu”.


C.   Tipe kharismatis
·         Thomas Jefferson memiliki kesederhanaan sebagai mantan presiden Amerika Serikat.
 Buktinya yaitu di atas batu nisannya tidak disebutkan bahwa dirinya adalah seorang mantan presiden Amerika. Jefferson dikuburkan di Monticello, pada bukit dekat rumahnya. Tulisan di batu nisannya terbaca sebagai berikut : “Here was buried Thomas Jefferson, Author of the Dec laration of American independence, of the statute of Virginia for religious freedom, and father of the university of Virginia.” (disini dimakamkan Thomas Jefferson penulis deklarasi kemerdekaan Amerika, pemrakarsa undang-undang Virginia dalam kebebasan beragama dan bapak dari Universitas Virginia). Dilaporkan bahwa tidak ada kalimat di dalam batu nisan tersebut kalau dia adalah presiden Amerika.
           
·         Thomas Jefferson memiliki aura seorang pemimpin yang positif.
Analisa ini berawal dari sifatnya yang pemalu dan menutup diri dengan orang asing, pikirannya yang tajam, sopan santunnya, kejeniusannya, dan keramahannya membuat mudah disukai. John Adams mengatakan,”Jefferson sangat akurat, jujur,eksplisit,dan meyakinkan dalam percakapan sehingga saya langsung menyukainya. Dari penilaian John Adams terhadap Jefferson, ia merupakan salah seorang pemimpin yang memiliki aura positif.

·         Thomas Jefferson memiliki talenta atau bakat dalam bidang musik.
Jefferson adalah pemain biola yang sangat berbakat. Selama masa kecilnya, ia berlatih bermain biola selama berjam-jam setiap sore. Dia juga suka menyanyi dan bersenandung untuk dirinya. Hari-harinya yang sebagai pemain biola yang berakhir pada tahun 1786,ketika ia mengalami patah pergelangan tangannya ketika berusaha mengesankan wanita pergelangan tangannya tidak pernah sepenuhnya pulih semenjak itulah ia berhenti bermain biola.

2.    Analisis kepemimpinan Thomas Jefferson berdasarkan ciri-ciri.
o      Thomas Jefferson memliki keterampilan mendidik kepada rakyatnya.Usul-usul Jefferson perihal pendidikan antara lain: pemberian pendidikan dasar kepada semua orang; pendirian sebuah universitas pemerintah buat mereka yang berbakat layak mendapat pendidikan tinggi; adanya sistem beasiswa. Rencana pendidikan Jefferson ini tidak diterima oleh negara bagian Virginia saat itu, kendati rencana serupa belakangan dilaksanakan oleh lain-lain negara tanpa kecuali. Analisa ini berdasarkan pendapatnya yang menyatakan bahwa "Tidak ada tempat penyimpanan yang aman bagi kekuatan pokok masyarakat," tulis Jefferson, "selain dalam tubuh masyarakat itu sendiri; dan jika kita pikir mereka tidak cukup bijaksana untukmelatih kekuatan mereka dengan hikmat yang berfaedah, maka jalan keluarnya bukanlah mengambil kekuatan itu dari mereka, namun dengan menginformasikan hikmat mereka melalui pendidikan."
o   Thomas Jefferson memiliki kapasitas integratif yang tinggi dan memiliki ketegasan sebagai seorang pemimpin. Perundang-undangan menyangkut kemerdekaan beragama sungguh mengesankan bahkan mengagumkan karena didalamnya terkandung toleransi agama dan sekaligus ketegasan adanya pemisahan antara agama dan negara. (Sebelumnya, Gereja Anglikan merupakan agama resmi di Virginia). Memang ada penentangan terhadap usul Jefferson ini tetapi ujung-ujungnya disetujui juga oleh dewan perwakilan Virginia (1786). Gagasan serupa juga segera disetujui dalam UU tentang hak-hak asasi oleh lain-lain negara bagian, dan akhirnya disetujui pula dalam UUD Amerika Serikat sendiri.
            Sikap ketegasannya sebagai seorang pemimpin juga tercermin saat Jefferson jadi Gubernur Virginia dari tahun 1779 sampai 1781. Lantas dia "pensiun" dari kehidupan politik. Selama masa ngaso ini dia menulis satu-satunya bukunya Notes on the State of Virginia, ihwal negara bagian Virginia. Buku ini antara lain memuat sikap Jefferson yang tegas dan terang-benderang tentang anti perbudakannya.

o   Thomas Jefferson memiliki kemampuan dalam menentukan peringkat prioritas
Selaku Presiden, Jefferson moderat berbuat baik-baik saja terhadap bekas lawan-lawan politiknya, dan dengan demikian menanamkan tradisi politik yang membudaya buat Amerika Serikat di masa-masa berikutnya. Puncak dari puncak peninggalan abadi yang diberikannya selama dalam masa jabatan presiden adalah langkah pembelian Louisiana yang berakibat membuat wilayah Amerika Serikat hampir dobel luasnya. Pembelian Louisiana mungkin merupakan perpindahan pemilikan daerah terbesar secara damai sepanjang sejarah. Ini pada gilirannya membuat Amerika Serikat sebuah negara besar dan kuat di dunia, walhasil punya arti penting berjangka jauh.
o   Thomas Jefferson memiliki keterampilan berkomunikasi secara efektif.
Analisa ini berdasarkan fakta bahwa Jefferson menguasai lima atau enam bahasa asing. Ini merupakan salah satu kelebihannya sebagai seorang pemimpin sehingga memudahkannya untuk berkomunikasi dengan baik.

o   Thomas Jefferson memiliki keberanian dalam menyampai suatu pendapat yang ia junjung tinggi dalam memimpin Amerika Serikat.
Jefferson yakin betul dengan apa yang sekarang kita sebut "pemerintahan kecil." Suatu ungkapan karakteristik (berasal dari pidato pelantikannya): "... yaitu sebuah pemerintahan yang bijak dan ekonomis yang akan mencegah orang menyakiti lainnya, yang akan memberikan keleluasaan bebas mengatur hasrat industri dan perbaikan hidup ..." Mungkin titik tolak Jefferson benar, tetapi pemilihan umum dalam masa empat puluh tahun terakhir menunjukkan bahwa kata-katanya tidak meyakinkan mayoritas rakyat Amerika. Misal kedua. Jefferson menentang mati-matian pandangan bahwa kekuasaan terakhir menafsirkan konstitusi terletak pada tangan Mahkamah Agung, yang bisa pula dengan demikian mengeluarkan hukum yang tidak konstitusional kendati sudah disepakati Kongres. Pendapat macam ini, dia pikir, bertentangan dengan prinsip pemeritahan demokratis.
o   Thomas Jefferson merupakan pemimpin yang akurat, jujur dan eksplisit. Jefferson lulus dari William and Mary College di Virginia pada 1762, mengambil hukum sebagai profesinya. Meski ia pemalu dan menutup diri dengan orang asing, pikirannya yang tajam, sopan santunnya, kejeniusannya, dan keramahannya membuatnya mudah disukai.  Analisa ini berdasarkan pendapat John Adams terhadap Jefferson yang mengatakan, "Jefferson  sangat akurat, jujur, eksplisit, dan meyakinkan dalam percakapan sehingga saya langsung menyukainya."

o   Thomas Jefferson memiliki orientasi masa depan yang baik khususnya menciptakan demokrasi yang seutuhnya.
Jefferson memulai karier politiknya sebagai anggota Virginia House of Burgesses (Dewan Legislatif Virginia) pada 1769. Di sanalah ia dikenal sebagai seorang liberalis yang kuat dengan ide-ide demokratis. Ia percaya bahwa kekuatan politik harus ada di tangan rakyat, dan ia mendukung kebebasan beragama dan media. Salah satu undang-undang yang ia perkenalkan adalah Statute of Virginia for Religious Freedom. Jefferson dan teman-temannya melalui perjuangan panjang dan pahit untuk meloloskan undang-undangnya tersebut. Akhirnya pada 16 Januari 1786, setelah Jefferson meninggalkan House of Burgesses, piagam pertama untuk undang-undang kebebasan beragama disetujui. Piagam itu kemudian menjadi teladan saat Bill of Rights ditambahkan dalam Undang-Undang.
o   Thomas Jefferson memiliki rasa kohesi yang tinggi.
Setelah melalui perdebatan dan beberapa perubahan atas saran John Adams,  Benjamin Franklin, dan Kongres Declaration of Independence disetujui pada 4 Juli 1776 tanggal yang kini diperingati setiap tahun sebagai HUT Amerika Serikat. Abraham Lincoln memahami makna dari deklarasi tersebut. Jefferson, tulisnya pada 1859, memiliki ketenangan, pemikiran ke depan, dan kemampuan untuk menuangkan dan mematenkan kebenaran abstrakk yang dapat diterapkan di segala tempat dan zaman dalam sebuah dokkumen yang revolusioner, sehingga kini dan di kemudian hari, dokumen itu bisa menjadi makian dasn batu penghalang bagi pertanda munculnya kembali TIRANI.
o   Thomas Jefferson memiliki sifat yang inkuisitif.
Kekuasaan tidak memberikan kepuasan kepadanya, dan Jefferson sering kali merindukan kampung halamannya, bukit Virginia. Pada 1809, di akhir masa jabatan presiden yang kedua, Ia merasa bahwa akhirnya ia dapat beristirahat dan menikmati kehidupan pribadi, meninggalkan teman dengan tetangganya, James Madison yang menggantikannya sebagai presiden. Mantan presiden yang telah berusia lanjut itu kembali dengan penuh sukacita kepada keluarganya, buku-bukunya, dan rumahnya di Monticello di mana ia menghabiskan tujuh belas tahun hidupnya. Karya publik Jefferson yang terakhir adalah pendirian Universitas Virginia yang dapat dilihat dari rumahnya yang ada di puncak bukit. Ia merancang bangunannya, kurikulumnya, mengamati perkembangannya dengan penuh semangat, dan pada usianya yang ke-82, ia menjadi rektor pertama universitas tersebut.Perhatian yang besar pada dunia pendidikan tumbuh dari keyakinannya akan pemerintahan demokratis. Ia yakin bahwa rakyat yang mendapat hikmat dari pendidikan, di bawah institusi demokratis, dapat memerintah dirinya sendiri dengan lebih baik daripada sistem pemerintahan yang lain. Ini membuktikan bahwa Jefferson mencerminkan dua hal, yaitu: pertama, Jefferson tidak merasa puas dengan tingkat pengetahuan yang telah dimilikinya, kedua, kemauan dan keinginan untuk mencari hal-hal baru.

3. Analisis kepemimpinan Thomas Jefferson berdasarkan perilaku.
            Berdasarkan perilaku Thomas Jefferson selama  memimpin,
Jefferson termasuk ke dalam Dimensi Konsiderasi (K)
Dimensi ini lebih dikenal dengan falsafah kepemimpinan “people
center” karena di dalam dimensi ini kepentingan bawahan lebih cenderung diperhatikan oleh seorang  di dalam penetapan
perilakunya. Beberapa perilaku kepemimpinan Thomas Jefferson di dalam dimensi ini antara lain,
1.    Thomas Jefferson sangat menjunjung tinggi toleransi khususnya dalam kebebasan memilih keyakinan beragama yang tertuang dalam Undang-Undang  Virginia seperti analisis kepemimpinan berdasarkan multi indicator yang telah dijelaskan di atas.
2.    Thomas Jefferson selalu mendukung dan membela rakyat Amerika Serikat dari perbudakan  dengan mengusulkan rancangan undang-undang yang akan melarang segala bentuk perbudakan pada semua wilayah baru diakuisis pemerintah federal.
3.    Thomas Jefferson merupakan sosok pemimpin yang mau mendengarkan bawahan.

4. Analisis kepemimpinan Thomas Jefferson berdasarkan kontingensi.
o      Jefferson selalu mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapinya dengan bawahan dan selanjutnya mendelegasikan pengambilan keputusan dengan bawahan, dan selanjutnya mendelegasikan pengambilan kepputusan seluruhnya kepada bawahannya
o      Lalu ia memberikan bawahannya hak untuk menentukan langkah-langkah bagaimana keputusan dilaksanakan.
o      Bawahan diberikan wewenang untuk menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan keputusan sendiri, sebab Jefferson menganggap bawahannya telah memiliki kecakapan dan dipercaya memikul tanggung jawab untuk mengerahkan dan mengelola dirinya sendiri. Kalaupun bawahannya itu tidak memiliki kecakapan, Jefferson menyarankan bahwa pendidikanlah yang diperlukan untuk menjadikan bawahannya itu menjadi cakap dan bisa menyelesaikan masalahanya.
DAFTAR PUSTAKA

5.    Suhindriyo.1999.biografi singkat presiden-presiden Amerika Serikat. Yogyakarta:Yayasan Pustaka Nusatama, hal 10



     by : Suthanty Nurfitriyani
















No comments:

Post a Comment